TUGAS
ILMU SOSIAL DAN
BUDAYA
“PEMBANGUNAN
DAN PERKEMBANGAN NASIONAL TERHADAP TARI SAMAN”
Disusun
oleh:
Akbar
Febriansyah
10315412
Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas
Gunadarma
2015
KATA
PENGANTAR
Saya panjatkan Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pembangunan dan Perkembangan Nasional
terhadap Tari Saman" ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Emilianshah Banowo selaku
Dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar yang telah memberikan tugas ini kepada
saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pembangunan
dan perkembangan terhadap budaya tari saman yang berasal dari Aceh ini. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami dan berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………………….....2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………...3
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………….4
1. Latar
belakang…………………………………………………………………………4
2. Rumusan
masalah……………………………………………………………………...4
3. Tujuan………………………………………………………………………………....5
BAB II Isi…………………………………………………………………………………..6
1. Sejarah…………………………………………………………………………………6
2. Perkembangan
saman………………………………………………………………….7
3. Perkembangannya
pada masyarakat multikultural…………………………………...10
BAB III Penutup…………………………………………………………………………..12
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………………13
BAB
I
Pendahuluan
1.
Latar
Belakang
Tari Saman atau lebih dikenal
dengan tarian seribu tangan merupakan salah satu warisan budaya bangsa
Indonesia yang sudah turun temurun menjadi kebanggaan bangsa Indonesia pada
umumnya dan khususnya masyarakat Aceh dan lebih khusus lagi masyarakat Gayo. Bercerita
tentang Tari Saman terlebih dahulu mengetahui seluk beluk dan asal usulnya.
Tari Saman merupakan warisan
budaya Aceh yang sangat dibanggakan sampai saat ini, tidak hanya menjadi
kebanggaan Aceh saja tetapi salah satu jenis tarian ini sudah menjadi
kebanggaan masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun sangat ironisnya ketika
masyarakat di luar Aceh hanya mengetahui bahwa Saman itu berasal dari Aceh
secara umum. Mereka tidak mengerti secara spesifik dari mana Saman itu berasal,
padahal Aceh sendiri terdiri berbagai macam suku serta berbeda adat istiadat
satu sama lain.
Seperti Aceh, Gayo, Alas,
Tamiang, Singkil, dan yang lainnya di mana masih banyak kemajemukan dan
perbedaan budaya adat dan bahasa. Pada dasarnya Saman berasal dari Gayo,
khususnya dari dataran tinggi seribu bukit di Kabupaten Gayo Lues.
2.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
berbagai permasalahan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana eksistensi Tari Saman sebagai ikon budaya kota
aceh dikaitkan dengan pembangunan dan perkembanganan di Nusantara Untuk
membantu mempermudah pembahasan rumusan masalah yang telah diungkap di atas,
maka akan diejawantahkan rumusan tersebut ke dalam beberapa pertanyaan, yaitu:
a. kebijakan dan
program apa yang dilakukan Pemerintah kota aceh dalam melakukan pelestarian
Tari Saman ?
b.
Bagaimana perkembangan tari saman
terhadap masyarakat multikultural
3.
Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan
dalam bentuk deskriptif tentang perkembangan tari saman di nusantara
2. Untuk menjelaskan
keterlibatan masyarakat dalam upaya menjadikan Tari Saman sebagai ikon budaya
di Kabupaten Gayo Lues
BAB
II
ISI
1.
Sejarah
Untuk Tarian Tradisional, Aceh dikenal memiliki jenis tari yang sudah mendunia, bahkan sudah mendapat pengakuan dari Badan dunia PBB. Tari Saman, adalah seni tradisional yang berasal dari Aceh.
Tari Saman berasal dari dataran tinggi Gayo dan sudah dikenal sejak abad 14 Masehi. Awal mula bernama Saman berasal dari nama penciptanya, yaitu Syeh Saman, seorang ulama di Gayo Lues kala itu.
Tari Saman ini pada awalnya merupakan permainan rakyat di dataran tinggi Gayo, kemudian berkembang dengan gerakannya diiringi syair berisi pujian-pujian kepada Allah dan salawat kepada Nabi Muhammad yang dibacakan dalam bahasa Arab dan Gayo yang hanya dimainkan oleh penari laki-laki dan dibagi dua kelompok kemudian diadu gerak dan syairnya.
Pada awalnya pula, Tari Saman hanya ditampilkan di bawah kolong Meunasah (semacam langgar Surau atau Langgar di Jawa) dalam event adat atau ritual agama seperti saat perayaan maulid Nabi Muhammad. Seiring perkembangan zaman, Saman ini menjadi sebuah bentuk kesenian yang kerap ditampilkan diberbagai acara berskala nasional maupun internasional.
Akhirnya tarian adat Aceh ini ditetapkan oleh UNESCO, sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang memerlukan perlindungan mendesak dunia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Nusa Dua, Bali, 24 November 2011.
Tari saman merupakan
salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan
pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Pada saat sebelum saman dimulai, akan tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton, sebagai pembuka tarian.
Tari Saman dimulai dengan diiringi suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut syekh
Pada saat sebelum saman dimulai, akan tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton, sebagai pembuka tarian.
Tari Saman dimulai dengan diiringi suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut syekh
2.
Perkembangan Saman
Saman
merupakan kesenian masyarakat Gayo Lues yang sudah turun-temurun dan sudah
membudaya pada masyarakat Gayo. Saman ini dikatakan membudaya di Gayo Lues
karena sejak zaman dahulu masih digemari dan tumbuh subur sampai saat ini.
Buktinya, setiap kampung dan malah setiap belah (bagian dari kampung) di Gayo
Lues dipastikan ada Saman dan ini sudah dibuktikan oleh tim dari Unesco sewaktu
meneliti Saman di Gayo Lues.
Dari
penuturan masyarakat tetang asal usul saman, dapat dipastikan bahwa kesenian ini pada
awalnya hanya dilakukan oleh masyarakat untuk hiburan semata. Seperti
yang disebutkan di atas tadi bahwa kesenian ini berasal dari kesenian rakyat
yang mengandalkan tepuk tangan dan juga pukulan ke paha dengan bernyanyi.
Kegiatan seperti ini tentu merupakan hiburan bagi anak muda yang sedang tidak
bekerja dan malah sewaktu istirahat bekerja (misalnya waktu gotong royong)
masyarakat Gayo menghilangkan rasa lelah dengan main saman .
Dalam perkembangan selanjutnya atau setelah dimanfaatkan oleh
ulama besar tadi, kesenian samanberubah menjadi media pengembang agama Islam.
Sebagai media pengembang agama Islam, sampai kini masih bisa kita rasakan dalam
syair-syairnya, terutama sekali dalam langkah-langkah awalnya selalu dimulai
dengan salam. Syair-syair saman masih
banyak yang berkaitan dengan konsep agama. Coba perhatikan syair berikut ini Kén ama ine kite turah hurmet
kati endepet sapaat ari Tuhente (kepada
bapak dan ibu kita harus hormat agar mendapat syafaat dari Tuhan kita) Syair
ini mengandung makna ketaatan atau kepatuhan anak kepada orang tuanya. Orang
tua harus dikasihi, dihormati, dan juga harus dijaga jika mereka sudah tua. Hal
ini sesuai dengan ajaran agama Islam. Jika rasa hormat kepada orang tua sudah
tidak ada, ganjaran dosa tidak terelakkan lagi. Karena pentingnya menghormati
orang tua, para pemain saman sering
mengingatkan hal ini dengan cara menyelipkan syair-syair yang mengandung nasihat.
Nilai yang dapat dipetik dari syair ini adalah nilai agama yakni harus
menghormati orang tua. Dalam syair juga disebutkan bahwa orang yang hormat
kepada orang tua akan mendapat syafaat dari Allah nanti. Banyak lagi syair yang
memberi bimbingan tentang agama, misalnya “kadang berdosa péh kite ku Tuhen, negon perbueten i wasni ingin
ini” (mungkin berdosa
juga kita kepada Tuhan, melihat tingkah laku pada malam ini), “i belang laén dih edet gere ninget asal agama (di Belangkejeren lain sekali adat
tidak ingat tentang agama) “i denie gati semiang kati
senang kite lang-lang ho” (di dunia sering sembahyang agar
senang kita nanti/di akhirat). Masih banyak lagi kata-kata dalam syair samanyang mengingatkan
kita pada ajaran agama.
Selain itu, saman juga
media untuk mengingatkan kita akan peraturan atau adat istiadat yang berlaku
dalam masyarakat. Hal ini juga dapat dibuktikan dari syair-syair saman. Misalnya, “ike manut péh ko gere kueten kerna géh aku ku uken gere cerakiko (kalaupun kamu hanyut tidak saya angkat
karena datang saya ke udik tidak kamu tegur). Syair ini mengingatkan kita agar
tidak bersifat sombong terhadap orang lain. Sifat sombong akan membawa akibat
pada diri sendiri. Artinya, seseorang yang sombong akan menderita karena
kesombongannya sendiri. Dalam syair dikisahkan bahwa seseorang yang hanyut di
sungai tidak akan diangkat oleh orang lain hanya karena orang yang hanyut ini
pernah tidak menegur seseorang. Jadi, orang akan celaka hanya gara-gara yang
kecil yaitu tidak mengur orang. Jika kejadian ini dalam kehidupan nyata, betapa
ruginya orang yang tidak mau bergaul dengan semua orang. Nilai budaya yang
dapat dipetik adalah dalam bergaul tidak boleh sombong dan pergaulan tidak
harus terbatas dengan orang tertentu saja. Bergaul sebaiknya dengan semua
lapisan masyarakat yang baik-baik. Selain itu, dalam syair ini terdapan pesan
agar kita selalu membantu orang lain agar kita dibantu orang juga pada saat
susah.
Selanjutnya, saman berfungsi
sebagai hiburan atau sebagai tontonan sehingga kegiatan saman muncul pada acara tertentu seperti
hari ulang tahun, peringatan maulid, hari raya idul fitri, dan juga acara-acara
peresmian. Akan tetapi, fungsi saman sebagai hiburan tidak bisa dipisahkan
fungsi ini satu persatu karena dalam konteks hiburan syair saman juga masih banyak yang berbau nasihat
atau adat istiadat, atau juga penerapan peraturan pemerintahan. Dengan
demikian, mungkin hanya wujud fisiknya saja sebagai hiburan, sedangkan ujud
hakikatnya masih dapat berjalan sebagai fungsi lain. Salah satu fungsi yang
paling menonjol dan dapat dituru dalam kesatuan dan persatuan bangsa adalah
fungsi integrasi sosial. Fungsi ini khusus dibahas nanti pada bagian akhir.
Perkembangan selanjutnya saman sudah
dijadikan sebagai kesenian yang diikutsertakan dalam festival sehingga sudah
mulai dikenal oleh orang lain. Kegiatan festival yang mulai diikuti oleh tari saman adalah pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA
ke-2) tahun 1972 di Banda Aceh. Pada waktu itu tari saman menjadi salah satu tari favorit
sehingga digelari oleh Ibu Tien Soeharto sebagai “Tari Tangan Seribu”. Sejak
itu tarisaman mulai
dikenal luas sehingga diundang dalam pembukaan Taman Mini Indonesia Indah pada
tahun 1974. Pada tahun berikutnya tari saman diundang
kembali ke Jakarta dalam rangka peringatan hari ulang tahun RI ke-30. Pada
tahun 1977 tari saman kembali
kembali menjadi wakil Aceh dalam Festival Tari Rakyat I di Jakarta dan tahun
berikutnya menjadi wakil Aceh mengikuti Fertival Jakarta.
Tarisaman juga selalu ikut dalam Pekan
Kebudayaan Aceh III tahun 1988 di dan Pekan Kebudayaan Aceh IV tahun 2004 di
Banda Aceh. Selain itu tari saman juga
pernah diundang ke Amerika, Spanyol, dan Malaysia.
Perkembangan selanjutnya sudah mulai dijadikan sebagai
komeditas komersil sehingga banyak berdiri sanggar tari yang memanfaatkan jasa
tari saman.
Perkembangan terakhir banyak muncul nama tarisaman dan ada juga saman yang dimainkan wanita yang kurang
sesuai dengan saman yang
berasal dari daerah Gayo. Selain itu banyak juga artis ibu kota yang mengaku
pemain saman padahal
tidak bisa bersyair Gayo. Dengan demikian, saman sekarang
sudah dikenal hampir di seluruh Indonesia, akan tetapi bahan tertulis tentang saman masih sangat langka.
3.
Perkembangannya pada masyarakat
multikultural
Perkembangan Tari Saman selain di Aceh adalah di berbagai kota.
Hal ini telah berlangsung sejak periode tahun 1960 hingga saat ini. Tari Saman
telah menjadi seni urban yang hidup dan berkembang pada masyarakat
multikultural, Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk memahami realitas sosial
masyarakat terkait dengan keberadaan Tari Saman dalam konteks seni pertunjukan,
industri budaya dan pariwisata global.
Tari Saman mengalami komodifikasi, komersialisasi, sebagai bentuk
adaptasi budaya global yang menghasilkan makna baru. Penelitian ini mengangkat
empat permasalahan pokok, yakni (1). Pergeseran atau perubahan fungsi dan nilai
pada Tari Saman, (2)Proses pembelajaran Tari Saman, (3) Faktor-faktor yang
mendorong perubahan, (4) Dampak dan makna pengembangan pada Tari Saman dalam
konteks pariwisata global. Tujuan penelitian ini adalah menjawab keempat
masalah pokok yang telah dikemukakan dengan cara menjelaskan terjadinya
pergeseran fungsi dan nilai, proses pembelajaran Tari Saman, faktor-faktor yang
mendorong perubahan, dampak dan makna pengembangan pada Tari Saman dalam
konteks pariwisata global.
Hasil makalhini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat luas,
pemerintah, pelaku pariwisata, serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
kajian budaya. Makalah ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang
menjadi karakteristik kajian budaya. Format yang dipilih adalah deskriptif
kualitatif, interpretatif, sehingga pengumpulan data bersifat deskriptif-kualitatif,
sedangkan data diperoleh dari studi kepustakaan dan sumber dokumentasi.
Selanjutnya dengan menggunakan teori Eric Hobsbawm yaitu: Invention of
Tradition. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Proses pengembangan Tari Saman terjadi sejak mengkondisikan adanya komunitas
tertentu, pengembangan dapat terjadi pada masyarakat tradisi dan masyarakat
urban di Jakarta. Tari Saman tampil dalam bentuk kemasan produk budaya yang
indah, agung, dan menarik sebagai daya tarik wisata. Terjadinya pengembangan
Tari Saman disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang mendorong, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Faktor internal, yaitu perkembangan pola
pikir masyarakat pendukung, adanya kreativitas masyarakat berekspresi, dan
motivasi peningkatan kesejahteraan. Adapun faktor-faktor eksternal, yaitu
perkembangan pariwisata, industri budaya, peran media, dan kebijakan
pemerintah.
Pengembangan Tari Saman ternyata memunculkan dampak dan makna bagi
kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Dampak yang paling jelas
terhadap kehidupan sosial ekonomi adalah keberlanjutan ekonomi, meningkatnya
pendapatan masyarakat, dan menciptakan lapangan kerja baru. Sebaliknya dampak
terhadap sosial budaya adalah terjadinya komersialisasi. Selanjutnya
pengembangan Tari Saman dapat dimaknai sebagai makna religius, pelestarian
budaya, identitas budaya, dan kesejahteraan.
BAB
III
PENUTUP
Tari Saman, Budaya
Nusantara yang Mendunia,. Telah kita sadari, Indonesia memiliki begitu banyak
pulau, yang setiap pulau terbagi atas berbagai daerah, yang setiap daerah
terkadang memiliki kebudayaan tersendiri. Kebudayaan yang telah ada dari zaman
dahulu haruslah dipertahankan sebagai kekayaan budaya bangsa, tidak hanya
dipertahankan, tapi juga dikhayati, dikembangkan, dan dimajukan ditengah
peradaban dunia yang semakin maju dan berkembang. Modernisasi yang dialami oleh
dunia, bisa dengan cepat mematikan dan membumihanguskan kebudayaan tradisional,
terkadang dibawah kesadaran kita sebagai masyarakat suatu bangsa.
Perkembangan dunia
juga bukanlah hal yang harus kita hindarkan, namun harus kita manfaatkan dengan
sebaik mungkin dalam rangka memperkenalkan kepada masyarakat dunia bahwa kita
memiliki budaya yang sangat kaya.
Kegiatan mengapresiasi
karya seni nusantara adalah salah satu cara untuk mengingat dan menyadarkan
kita kembali, bahwa kita memiliki banyak budaya yang harus kita jaga dan
lestarikan. Seperti makalah mengapresiasi Tari Saman ini, kami belajar banyak
hal baru mengenai Tari Saman. Suatu karya seni manusia yang tumbuh dan
berkambang dari Suku Gayo di Aceh bisa menjadi suatu karya seni yang mendunia
dengan menyandang “kekayaan budaya nusantara” kita patut bangga.
Pada
kesimpulannya, kita adalah bangsa yang tumbuh dari berbagai budaya yang
berbeda, dan memiliki cirri khas yang berbeda pula. Hal itulah yang patut kita
banggakan, jaga, khayati, dan lestarikan, agar walaupun terjadi terjadi
perubahan global, kita masih kokoh mempertahankan segala jenis kebudayaan yang
kita miliki. Karena kaya akan budaya adalah karakter bangsa Indonesia
ditengah-tengah dunia, sedangkan karakter yang kuat akan membuat orang kenal
siapa kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Comments
Post a Comment